Pengejawantahan Ayat Suci dalam Lukisan
Hikayat Bahtera Nuh/pitogoestin 02012013 |
Sepintas hanya gelondongan batang pohon tua. Ada lubang
di sana sini. Terlihat rapuh dan lapuk. Namun gelondongan kayu itu membentuk
laksana sebuah kapal tua yang besar, memanjang, dan tak utuh lagi. Badan kapal
itu terdampar pada bebatuan yang surut airnya. Aneka jenis binatang berjalan
beriringan melintasi perbukitan dari segala penjuru untuk menuju ke arah kapal tersebut.
Itulah kapal Nabi Nuh yang dalam kisah kenabiannya mampu menyelamatkan binatang
dan pengikutnya yang mau beriman kepada Allah SWT dari air bah. Perupa Hendra
Buana memberinya judul “Hikayat Bahtera Nuh” yang dilukis dengan cat akrilik.
Tak cukup puas dengan menyajikan kisah bahtera Nabi Nuh
dalam dua lukisan yang berbeda, Hendra kembali mengkesplorasi kisah kenabian
lainnya. Ada kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis yang dilukis terpisah pada
kanvas yang berbeda. Kisah nabi yang dikaruniai mukjizat berupa kemampuan
berkomunikasi dengan binatang. Juga Ratu Balqis yang jelita dengan mengenakan hijab
yang menutupi rambut hingga dadanya. Hendra melukisnya dengan judul “Ratu
Balqis dalam Fantasi”.
“Ini yang membedakan karya saya dengan sebelumnya. Bukan
lukisan kaligrafi, tapi lanskap yang saya beri sentuhan ayat suci,” kata Hendra
kepada Tempo di Jogja Gallery, Rabu (2/1).
Hendra tak membantah, jika selama ini pelukis kelahiran
Bukittinggi pada 59 tahun lalu itu dijuluki pelukis kaligrafi. Lantaran Hendra
terbiasa bermain-main dengan ayat-ayat suci Al Quran untuk ditorehkan dalam
kanvas dalam bentuk kaligrafi. Namun kini Hendra memunculkan bentuk lain. Meski
tetap sama dengan bermain ayat suci, namun mengejawantahkan dengan bentuk yang
berbeda berupa lukisan panaroma. Muaranya sama, yakni dari ayat-ayat suci Al
Quran.
“Kalau kaligrafi jelas, itu pasti ada kesan religinya. Kalau
lanskap itu diberi sentuhan ayat sehingga ada kesan religi,” kata Hendra.
Dalam pameran tunggalnya kali ini, Hendra banyak
mengeksplorasi karya-karyanya yang lahir dari kepiawaiannya mengejawantahkan
ayat dalam lanskap. Sebanyak 48 karya yang ditampilkannya di lantai I dan II
Jogja Gallery itu berawal dari pengejawantahan atas Surat Al Hujurat ayat 13. Ayat
surat itu berisi pesan, bahwa Tuhan telah menciptakan manusia bersuku-suku
bangsa, untuk mengenal satu sama lain. Dan orang yang paling mulia di sisi Allah
adalah orang yang bertaqwa. Hendra pun memberi tema Peaceful in Faith #2 dalam
pameran tunggalnya kali ini yang digelar sejak 20 Desember 2012 hingga 9
Januari mendatang.
“Lanskapnya saya ambil dari kisah-kisah para nabi tentang
perdamaian. Ayat itu mengajak kita untuk berdamai dan menghargai perbedaan,”
kata Hendra.
Meskipun Hendra mulai berpaling pada lanskap, namun tak sepenuhnya
menanggalkan kaligrafi. Bait-bait huruf Arab dari cukilan ayat masih disematkan
pada beberapa lukisannya. Namun keberadaannya hanya sebagai pelengkap dari
lukisan panorama yang lebih dominan.
“Soal saya masuk aliran apa, itu terserah penilaian public.
Saya enggak melepaskan kaligrafi. Bagaimana pun karya saya total religius,”
kata Hendra tegas.
Gerindra/pitogoestin 02012013 |
Ada sebuah lukisan yang menggelitik di antara karya-karya
rupa lainnya yang ditampilkannya. Sebuah lukisan tentang panorama gunung Merapi
usai diterjang erupsi 2010 lalu. Ada gunung dan aktivitas penambangan pasir
yang dilukiskan dengan truk-truk pengangkut pasir di kawasan sungai di sisi
lembah. Namun susunan enam buah huruf yang membentuk tulisan GERINDRA muncul di
puncak bukit. Seekor burung Garuda terbang dengan kedua sayapnya yang panjang
di atasnya.
“Sebenarnya tulisan itu tak ada di sana. Tapi karena
Prabowo adalah tokoh idola saya, maka itu cara saya agar lukisan itu bisa
sampai kepadanya,” kata Hendra yang memasang harga hingga Rp 290 juta untuk
lukisan-lukisan yang dipajangnya itu.
Ya, lantaran yang meresmikan pembukaan pameran tunggalnya
adalah adik sang tokoh idola, yakni Hashim Djojohadikusumo. Melalui si adik,
Hendra berharap lukisan itu sampai kepada si kakak. Rupanya tak hanya Hashim
yang pernah membuka pameran tunggalnya. Beberapa deretan nama tokoh nasional
pernah didaulat untuk membuka pameran tunggalnya. Ada Mufidah Jusuf Kalla
(istri mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla) pada 2005, mantan Gubernur DKI Jakarta
Fauzi Bowo pada 2006, dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim pada 2011.
Kurator seni rupa Kuss Indarto menilai Hendra masih
meneguhkan identitas dirinya sebagai perupa kaligrafi Islam. Meskipun resikonya,
Hendra seolah dipenjara atas gerak kreatifnya dengan label itu. Bahwa jika
Hendra tak melukis kaligrafi, maka itu bukanlah Hendra sesungguhnya. Sehingga kembalinya
Hendra dengan lanskap-lanskap religinya justru menjadi pengingkaran atas
identitas selama ini yang melekat padanya.
“Hendra ingin keluar dari kutukan identifikasi publik itu,”
kata Kuss.
Tak hanya soal corak melukis. Pengingkarannya
kali ini juga menjadi petunjuk, bahwa karya-karyanya akan muncul dengan ukuran
yang lebih besar. sebut saja karya lukisan yang turut dipajang dalam pameran
kali ini yang mencapai panjang 16,30 meter. Lukisan itu terdiri dari delapan
kanvas yang disusun menjadi satu kesatuan tema kolosal tentang perdamaian dunia.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar