Selasa, 01 Januari 2013

Seni Peaceful in Faith #2

Pengejawantahan Ayat Suci dalam Lukisan
 
Hikayat Bahtera Nuh/pitogoestin 02012013
 Sepintas hanya gelondongan batang pohon tua. Ada lubang di sana sini. Terlihat rapuh dan lapuk. Namun gelondongan kayu itu membentuk laksana sebuah kapal tua yang besar, memanjang, dan tak utuh lagi. Badan kapal itu terdampar pada bebatuan yang surut airnya. Aneka jenis binatang berjalan beriringan melintasi perbukitan dari segala penjuru untuk menuju ke arah kapal tersebut. Itulah kapal Nabi Nuh yang dalam kisah kenabiannya mampu menyelamatkan binatang dan pengikutnya yang mau beriman kepada Allah SWT dari air bah. Perupa Hendra Buana memberinya judul “Hikayat Bahtera Nuh” yang dilukis dengan cat akrilik.
 
Tak cukup puas dengan menyajikan kisah bahtera Nabi Nuh dalam dua lukisan yang berbeda, Hendra kembali mengkesplorasi kisah kenabian lainnya. Ada kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis yang dilukis terpisah pada kanvas yang berbeda. Kisah nabi yang dikaruniai mukjizat berupa kemampuan berkomunikasi dengan binatang. Juga Ratu Balqis yang jelita dengan mengenakan hijab yang menutupi rambut hingga dadanya. Hendra melukisnya dengan judul “Ratu Balqis dalam Fantasi”.
 
“Ini yang membedakan karya saya dengan sebelumnya. Bukan lukisan kaligrafi, tapi lanskap yang saya beri sentuhan ayat suci,” kata Hendra kepada Tempo di Jogja Gallery, Rabu (2/1).
 
Hendra tak membantah, jika selama ini pelukis kelahiran Bukittinggi pada 59 tahun lalu itu dijuluki pelukis kaligrafi. Lantaran Hendra terbiasa bermain-main dengan ayat-ayat suci Al Quran untuk ditorehkan dalam kanvas dalam bentuk kaligrafi. Namun kini Hendra memunculkan bentuk lain. Meski tetap sama dengan bermain ayat suci, namun mengejawantahkan dengan bentuk yang berbeda berupa lukisan panaroma. Muaranya sama, yakni dari ayat-ayat suci Al Quran.
 
“Kalau kaligrafi jelas, itu pasti ada kesan religinya. Kalau lanskap itu diberi sentuhan ayat sehingga ada kesan religi,” kata Hendra.
 
Dalam pameran tunggalnya kali ini, Hendra banyak mengeksplorasi karya-karyanya yang lahir dari kepiawaiannya mengejawantahkan ayat dalam lanskap. Sebanyak 48 karya yang ditampilkannya di lantai I dan II Jogja Gallery itu berawal dari pengejawantahan atas Surat Al Hujurat ayat 13. Ayat surat itu berisi pesan, bahwa Tuhan telah menciptakan manusia bersuku-suku bangsa, untuk mengenal satu sama lain. Dan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Hendra pun memberi tema Peaceful in Faith #2 dalam pameran tunggalnya kali ini yang digelar sejak 20 Desember 2012 hingga 9 Januari mendatang.
 
“Lanskapnya saya ambil dari kisah-kisah para nabi tentang perdamaian. Ayat itu mengajak kita untuk berdamai dan menghargai perbedaan,” kata Hendra.
 
Meskipun Hendra mulai berpaling pada lanskap, namun tak sepenuhnya menanggalkan kaligrafi. Bait-bait huruf Arab dari cukilan ayat masih disematkan pada beberapa lukisannya. Namun keberadaannya hanya sebagai pelengkap dari lukisan panorama yang lebih dominan.
 
“Soal saya masuk aliran apa, itu terserah penilaian public. Saya enggak melepaskan kaligrafi. Bagaimana pun karya saya total religius,” kata Hendra tegas.
 
Gerindra/pitogoestin 02012013
 Ada sebuah lukisan yang menggelitik di antara karya-karya rupa lainnya yang ditampilkannya. Sebuah lukisan tentang panorama gunung Merapi usai diterjang erupsi 2010 lalu. Ada gunung dan aktivitas penambangan pasir yang dilukiskan dengan truk-truk pengangkut pasir di kawasan sungai di sisi lembah. Namun susunan enam buah huruf yang membentuk tulisan GERINDRA muncul di puncak bukit. Seekor burung Garuda terbang dengan kedua sayapnya yang panjang di atasnya.
 
“Sebenarnya tulisan itu tak ada di sana. Tapi karena Prabowo adalah tokoh idola saya, maka itu cara saya agar lukisan itu bisa sampai kepadanya,” kata Hendra yang memasang harga hingga Rp 290 juta untuk lukisan-lukisan yang dipajangnya itu.
 
Ya, lantaran yang meresmikan pembukaan pameran tunggalnya adalah adik sang tokoh idola, yakni Hashim Djojohadikusumo. Melalui si adik, Hendra berharap lukisan itu sampai kepada si kakak. Rupanya tak hanya Hashim yang pernah membuka pameran tunggalnya. Beberapa deretan nama tokoh nasional pernah didaulat untuk membuka pameran tunggalnya. Ada Mufidah Jusuf Kalla (istri mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla) pada 2005, mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada 2006, dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim pada 2011.
 
Kurator seni rupa Kuss Indarto menilai Hendra masih meneguhkan identitas dirinya sebagai perupa kaligrafi Islam. Meskipun resikonya, Hendra seolah dipenjara atas gerak kreatifnya dengan label itu. Bahwa jika Hendra tak melukis kaligrafi, maka itu bukanlah Hendra sesungguhnya. Sehingga kembalinya Hendra dengan lanskap-lanskap religinya justru menjadi pengingkaran atas identitas selama ini yang melekat padanya.
 
“Hendra ingin keluar dari kutukan identifikasi publik itu,” kata Kuss.
 
Tak hanya soal corak melukis. Pengingkarannya kali ini juga menjadi petunjuk, bahwa karya-karyanya akan muncul dengan ukuran yang lebih besar. sebut saja karya lukisan yang turut dipajang dalam pameran kali ini yang mencapai panjang 16,30 meter. Lukisan itu terdiri dari delapan kanvas yang disusun menjadi satu kesatuan tema kolosal tentang perdamaian dunia. PITO AGUSTIN RUDIANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar